Jan 01, 1990, 14:33:00
1249
Jakarta.go.id - Dua orang pemuda tanggung berjalan melewati
pemakaman. Salah satu makam tampak kurang terawat, rumput liar tumbuh di
atasnya. Sampah pun tampak mengotori kuburan itu. "Kasihan", ujar salah
seorang pemuda itu, "Keluarga orang yang dikubur di sana tentu tak
pernah berziarah ke sini". "Kuburan yang mana ?"tanya temannya. "Itu",
sahut pemuda itu seraya menggerakkan tangan hendak menunjuk. "He
jangan", cegah temannya seraya menipis tangan pemuda itu. "Kenapa?"
pemuda itu terheran-heran. "Kalau kau ingin menunjuk kuburan, lebih baik
gunakanlah saja lidahmu", tutur temannya, "Jangan sekali-kali kau
gunakan tangan". "Memangnya kenapa kalau menggunakan tangan?"
Jan 01, 1990, 14:33:00
4847
Jakarta.go.id - Anak laki-laki itu dinamakan Jampang. la lahir
di desa Jampang Sukabumi Selatan. Bapaknya berasal dari Banten dan
ibunya berasal dari desa ]ampang. Anak laki-laki itu tinggal di rumah
pamannya di Grogol Depok. Pamannya sangat sayang kepadanya, selain
keponakan, anak laki-laki itu juga yatim piatu yang memerlukan
perlindungan. Sang paman membawa Jampang dari desa Jampang ke Grogol
Depok. Dirumah pamannya, Jampang dibesarkan. Jampang diperlakukan
sebagai anak sendiri. Agar ]ampang memiliki ilmu, bekal hidupnya, oleh
pamannya ia disuruh mengaji pada seorang guru ngaji di Grogol Depok.
Jampang juga disuruh belajar ilmu bela diri oleh pamannya. Pamannya
berkata, "Pang, Lu mesti punya kepandaian silat, karena menegakkan
kebenaran tanpa kekuatan adalah sia-sia." " Aye mang ! " jawab Jampang
penuh rasa hormat.
Jan 01, 1990, 14:33:00
2403
Jakarta.go.id - Memasuki abad ke-20 tanah Betawi kokoh dalam
cengkraman penjajah Belanda. Hampir 3 abad penjajah menikmati kehidupan
diatas keringat dan darah serta air mata penduduk pribumi Betawi.
Penjajah dengan segala daya dan upaya memeras keringat penduduk melalui
tuan tanah, para mandor, para centeng, dan bukan saja keringat bahkan
tulang sumsum penduduk Betawi akan diperas jika memberikan keuntungan
kepada mereka. Pak Piun memandang langit mendung, sementara isterinya bu
Pinah duduk di bale-bale depan rumah sambil memegang perut yang kian
membesar. Beberapa hari lagi isterinya akan melahirkan anak yang ke
empat. Tiga anaknya duduk di dekat ibunya, sambi! bertanya, "Mengapa
padi yang baru dipanen dirampas centeng Babah" bu Pinah mengusap kepala
anaknya sambil berkata lirih, " Biarin tong, lagian padi kite masih
ada."Pak Piun tetap memandang langit yang mendung, berharap kepada yang
maha kuasa agar isterinya melahirkan dengan selamat.
Jan 01, 1990, 14:33:00
590
Jakarta.go.id - "Ampir gue kemplang tu orang!" kata Bang Hamdan
marah-marah, "5embarangan aje ngatain bendera orang. Biar jelek-jelek
juga bendera gue tuh, riwayatnya jempolan. Huh, die nggak tau sih! Gue
bole rebut dari ujung hotel De-Sen tuh dulu waktu zaman siap-siapan...."
"Ude-ude deh!" sahut bininya, "Nggak same tenggak tuh kopi, pan katanye
lu mau ke Gambir!". Begitulah di tanggal17 Agustus itu setelah
berdandan rapi dan tak lupa pake lencana merah putih di dadanya,
berangkatlah Bang Hamdan ke depan istana. Bininya ogah ikut, lantaran ia
tak suka berdesak-desakan, gampang pusing, gampang mabok katanya. "Wah,
ude rame!" bisik Bang Hamdan setibanya di depan Istana. Tapi die nyelak
terus, maju. Dia mau lihat Bung Kamo dari dekat. "Eh-eh," katanya,
"dasar orang gede, tetap angker aje keliatannya!" Tapi heran juga dia,
waktu Bung Kamo lagi pidato berapi-api banyak orang asyik isi perut
masing-masing. "Bukannya dia dengerin omongan Bapak kita, eeh pade
enak-enakan nongkrong gegares ....."katanya geram, "Minum es lah,
ngelebok ketoprak lah!" tambah kesel lagi ketika dilihatnya banyak
lelaki pada cengar-cengir melirik perempuan-perempuan,
Jan 01, 1990, 14:33:00
874
Jakarta.go.id - "Hoooi lenong ! Kapan mau maen? Mate gue pan ude
lapar nih, perut gue ude ngantuk!" teriak para penonton saking keselnya
menunggu. Orang berdempet-dempetan mengerubungi panggung lenong. Laki
perempuan campur aduk dan cecere-cecere penuhnya di sebelah depan.
Barulah ketika tepat pukul 09.17 WIB, mendadak gamelan lenong berbunyi
santer banget : "Mong, duk-duk mong, duk-duk mong, duk mong, mong, duk
mong!", sehingga bocah-bocah pade kegirangan menjerit-jerit. "Huree...
maen, leong maen!" Dan seorang kakek di sudut sembari melirik arlojinya,
berkata : "mentang-mentang orang Indunesia, masa Ie telat sampe tujuh
belas menit ....!" Sementara Bang Pa'ul yang menanggap Ienong ini, repot
menyambut tetamu-tetamu yang membanjir kondangan. "Eh, gile Bang
Pa'ul", kate seorang tamu sembari bersalaman, "Jempol bener eh, maleman
bekerjenye nggak ujan barang seketeI!" Dan Bang Pa'ul menjawab sambil
nyengir, "Keruan aje, penoIaknye dong manjur.....! Kodok ane kurung di
pendaringan !"
Jan 01, 1990, 07:33:00
399
Jakarta.go.id - Ibunya sudah lama jadi janda. Ini tidak pernah
dirasakannya sebagai gangguan. Dia tahu, ibunya masih cantik, masih
banyak orang yang mau dengan ibunya. Sudah sering dia mendapat persenan
baik uang maupun pakaian dari laki-laki yang ingin merasakan kemanisan
hidup dengan ibunya. Segala persenan itu diterimanya sebagai tipuan
belaka. Adiknya saja yang belum mengerti; masih senang dia ditipu orang.
Ibunya buat dia dan adiknya saja. Orang luar tidak boleh mengganggu
kenikmatan mereka. Putusan ini sudah lama diambilnya, kalau dulu masih
lemah, sekarang sudah membesi dalam hatinya. Malah pamannya yang pernah
menjadi tempat dia bersombong kepada kawan-kawannya, sekarang sudah
tidak berharga lagi. Dia mau menjadi seorang bapak buat adiknya dan
seorang pahlawan bagi rumah tangga ibunya. Pagi-pagi Ama sudah ke luar
berdagang dengan serdadu-serdadu India atau Inggris dan kalau hari sudah
malam baru dia pulang. Tiap hari mesti ada untung yang masuk
kadang-kadang besar, kadang-kadang juga kecil, tetapi selalu lebih besar
dari kawan-kawannya yang sebaya dengan dia.
Jan 01, 1990, 14:33:00
1583
Jakarta.go.id - Alkisah menurut cerita pada masa dahulu,
hiduplah seorang gadis yang bernama Jenab. Ia berumur 20 tahun. Parasnya
amat cantik. Ia tinggal bersama ibunya yang sudah tua di sebuah rumah
yang besar dan indah. Rumah itu warisan ayahnya. Di masa hidupnya, ayah
Jenab kaya raya dan terpandang di kampungnya. Kedua orang tuanya amat
menyayangi Jenab sebagai anak semata wayang. Setelah ayahnya meninggal
karena sakit, Jenab diurus ibunya dengan baik, sehingga tumbuh dewasa
sebagai gadis cantik. Kecantikannya itu terkenal di seluruh kampung di
Betawi. Boleh dikatakan tak ada kekurangannya kecantikan Jenab itu,
sehingga seluruh pemuda tergila-gila padanya. Sayang di balik
kecantikannya itu Jenab mempunyai sifat tercela. Ia angkuh. Karena itu
banyak pemuda yang akhirnya kecewa terhadap Jenab. Meskipun demikian,
ada juga pemuda yang tertarik kepada Jenab. Hal itu menyebabkan
keangkuhan Jenab menjadi-jadi. Sifatnya dari hari ke hari menjadi makin
kasar. Melihat tingkah laku Jenab yang kasar, ibunya bersedih hati.
Jan 01, 1990, 14:33:00
2766
Jakarta.go.id - Ariah, atau Arie, anak kedua Mak Emper. Ariah
mempunyai seorang kakak perempuan. Tatkala kakak beradik ini masih
kecil, ayahnya meninggal. Hancurlah kehidupan tiga hamba Allah dari
Kampung Sawah, Kramat Sentiong. Ini terjadi sekitar tahun 1860. Menjadi
adat orang Betawi jaman dulu, siapa yang kaya menolong yang miskin.
Seorang saudagar padi di kampung Kramat yang mempunyai sawah luas
mengajak Mak Emper dan kedua anak perempuannya tinggal di emperan
rumahnya. Emperan ialah bangunan rumah kecil yang berdiri menempel pada
bangunan rumah besar. Mak Emper dan kakak Ariah membantu menumbuk padi
milik saudagar itu. Ariah sehari-hari meneari kayu bakar, sayuran dan
telur ayam hutan di hutan Ancol. Tahun demi tahun berlalu, kehidupan Mak
Emper datar saja. Tidak kelaparan, tetapi sangat jauh untuk dikatakan
berada.
Jan 01, 1990, 14:33:00
494
Jakarta.go.id - Siti lagi menyapu lantai sambil bemyanyi
tiba-tiba tukang kelontong datang lagi. TUKANG KELONTONG: (Merayu)
Eee..... Siti! Rajin kali pagi-pagi nyapu suda! Biar bersih ya nyapunye,
supaya dapet suami mukanya licin kaya muka saya... SITI :
(Kesal) Heh, ini tukang kelontong, apaapaan balik kemari lagi? AWANG :
Mao sodorin ini nih.... lawon, bagus-bagus, deh. SITI : Ogah ah!
Hargenya mahal. Buat ape? Tadi Kan enggak dikasih. TUKANG KELONTONG:
Ooo, Siti! Sekarang tida usah bayar. Saya mau kasih gratis. Hadiah buat
Siti. SITI : (Heran) Hadiah ? Persenan buat apaan? Tumben !
jangan-jangan ade maunye nih ...
Jan 01, 1990, 14:33:00
565
Jakarta.go.id - Pada masa yang silam hiduplah seorang raja yang
sangat adil dan bijaksana. Ia memerintah sebuah kerajaan yang terletak
antara Jakarta dan Bogor. Kelak keturunan raja memerintah pula dengan
amat bijaksana dan terpuji, sehingga berabad-abad lamanya penduduk hidup
dengan aman dan sejahtera. Raja mempunyai tiga orang anak laki-laki
dari ibu yang berlainan, karena raja mempunyai dua orang permaisuri.
Setelah tua, raja bingung, siapa diantara ketiga anaknya yang akan
mewarisi tahta kerajaan. Jaya putera raja dari permaisuri pertama, Suta
dan Gerinda putera dari permaisuri kedua. Jaya tampan parasnya, dan
tegap tubuhnya. Lagi sopan dan bijaksana perilakunya. Rambut
bergelombang, dan dati sepasang mata yang indah terpancar sorot yang
tajam. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan bila tersenyum tampak
sederet gigi yang putih bersih. Dahi lebar pertanda cerdas, kulit sawn
matang namun bersih dan halus. Ia penyabar, tapi tegas. Suta dan Gerinda
tak kurang pula ketampananan dan kecerdasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar